Jumat, 22 Mei 2015

PENGAMATAN PASANG SURUT DI BELAWAN PADA TAHUN 2014 DENGAN METODE ADMIRALTY




PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang-orang Asia Tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat di Indonesia di mana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduknya yang berjumlah 140.000.000 bertempat tinggal berbatasan dengan leutan. Sejak dahulu lautan memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan sebagai suatu sarana untuk bepergian, perniagaan dan perhubungan dari satu tempat ke tempat yang lain. Sumberdaya alam yang terdapat di lautan dapat dikelola untuk meningkatkan kebutuhan manusia untuk dapat hidup lebuh baik (Hutabarat dan Evans, 2008).
            Wilayah lautan terdiri dari laut, selat, samudra dan teluk. Teluk adalah Lautan yang menjorok masuk ke daratan. Bentuk bumi beragam sesuai dengan hamparannya salah satunya yaitu daerah pantai. Daerah pantai yaitu wilayah yang secara langsung memperoleh pengaruh laut seperti pasang surut (pasut) air laut. Salah satu bentuk-bentuk daerah pantai adalah Teluk. Teluk merupakan pantai yang bentuknya cekung ke dalam, atau bisa juga dikatakan menjorok ke darat. Muara sungai, teluk- teluk di daerah pesisir, rawa pasang surut dan badan air yang terpisah dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach) merupakan contoh dari sistem perairan estuari (Jumiarti, dkk, 2014).
            Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki lima pulau besar dan ribuan pulau kecil sehingga memiliki wilayah pantai yang sangat panjang mencapai 80.000 km dengan muara sungai yang cukup banyak. Wilayah tersebut merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kawasan pemukiman, pusat pemerintahan, pelabuhan, pertambakan, industri, perikanan, pertanian, pariwisata dan sebagainya (Vironita, 2012)
            Wilayah pantai di Indonesia sangatlah luas dan sering dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan manusia terutama kawasan pariwisata. Perubahan garis pantai, baik akresi maupun erosi, ini disebabkan oleh faktor angkutan sedimen pantai. Oleh karena itu, perlu dilakukan perlindungan terhadap pantai terutama pantai yang lebih sering mengalami erosi. Di pantai Tanjung Bunga Makassar tepatnya berbatasan langsung dengan Selat Makassar telah dibangun sebuah bangunan groin. Bangunan pelindung pantai ini kemudian ditinjau dan dianalisa pengaruhnya terhadap perubahan garis pantai disekitarnya. Hal ini diharapkan bahwa bangunan groin tersebut telah berfungsi secara optimal untuk mengurangi erosi yang berkepanjangan terjadi pada pantai disekitarnya ( Hatta, 2013).
            Negara Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang terluas di dunia, dengan jumlah pulau sekitar kurang lebih 17.499, luas seluruh wilayah daratan kurang lebih 2.012.402 km2, luas wilayah perairan kurang lebih 5.887.879, dan panjang garis pantai kurang lebih 81.290 km. membuat Indonesia menjadi berpotensi terhadap perpindahan barang di dunia (Benyamin, 2012).
            Morfologi perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan sedimen dari sungai dengan sebaran yang diikontrol oleh pasang surut dan aktivitas arus. Konfigurasi dasar laut, mempengaruhi arah dan kecepatan arus, sebaliknya arus memiliki pengaruh yang besar terhadap tranpor sedimen. Arus yang terjadi di perairan laut dipisahkan menjadi arus pasang surut dan arus residual, dimana peran arus pasang surut di daerah estuary cenderung lebuh dominan dibandingkan dengan arus residu (Surbakti, 2012).
            Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggianyang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pasda ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan dengan pasang tinggi (high water). Setelah itu turun pada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (low water). Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggia permukaan antara pasang tinggi dan pasang rendah ini dikenal sebagai tinggi pasang (Hutabarat dan Evans, 2008).
            Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yang sampai di estuaria. Dalam hal penyimpan zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organic yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani (Kamal dan Suardi, 2004).
             Kajian terhadap pola pergerakan arus yang dihubungkan dengan proses pasang surut (pasut) merupakan hal yang penting dilakukan, khususnya pada perairan teluk. Di perairan sempit dan semi tertutup seperti teluk, pasut merupakan komponen utama penggerak sirkulasi massa airnya. Arus yang disebabkan oleh pasut dapat mencapai kecepatan 2 knot ( sekitar 1 m/det). Dan arahnya akan berbalik 180° dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan sifat dari gelombang pasutnya  (Rampengan, 2009).
             Komponen pasang surut (pasut) perairan dangkal penting dalam meningkatkan ketelitian prediksi yang digunakan bagi kepentingan pelabuhan, transportasi laut, industri perikanan, rekayasa pantai (coastal engineering), dan lain-lain. Pada penelitian ini, komponen pasut perairan dangkal diperoleh dari analisis harmonik hasil model kanal 1 dimensi (12 grid) dengan asimilasi data variasional (data pada grid 3 dan 8). Dua komponen pasut dengan frekuensi σ1 = 1,4x10-4 dan σ2 = 1,6x10-4 rad/det sebagai gaya pembangkit domain model. Hasil analisis harmonik untuk memisahkan amplitudo kecepatan komponen pasut parsial (σ1 dan σ2) dan komponen pasut perairan dangkal yang dominan (over- dan compound tides σ3 = 2σ1-σ, dan σ4 = 3σ1), secara umum diperoleh solusi “yang akan diperbaiki” dapat ditingkatkan secara signifikan ( Sudjono, 2011).

Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pasang surut.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya pasang surut
3. Untuk mengetahui

Manfaat Praktikum
            Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sumber informasi tentang pasang surut di perairan khususnya perairan laut dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA
Pasang Surut
            Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Pasang surut sering disingkat dengan pasut adalah gerakan naik turunnya permukaan air laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari, dimana matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dibandingkan dengan bulan, tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km) sedangkan bulan sebagai satelit bumi berjarak (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta jarak sangat menentukan dibandingkan dengan massa, oleh sebab itu bulan lebih mempunyai peran besar dibandingkan matahari dalam menentukan pasut. Secara perhitungan matematis daya tarik bulan 2,25 kali lebih kuat dibandingkan matahari (Musrifin, 2011).
            Pengetahuan tentang pasang surut (pasut) sangat penting dalam berbagai aplikasi, seperti navigasi, rekayasa pantai/ ocean engineering (pembuatan pelabuhan, bangunan penahan gelombang, jembatan laut, dan pemasangan pipa bawah laut) (Pugh, 1987), survei hidrografi, penentuan batas (laut) suatu negara, operasi militer, olah raga bahari, dan pembangkit listrik tenaga pasut/ PLTP. Penjalaran gelombang pasut di perairan dangkal dipengaruhi oleh proses fisis yang bergantung pada nilai kuadrat amplitudonya serta gesekan dasar yang merupakan komponen non linear yang menyebabkan terbentuknya komponen pasut perairan dangkal/shallow water tides (Sudjono, 2011).
            Pasang surut juga bersifat periodik sehingga dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk morfologi pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, terbentuk komponen-komponen pasang surut yang baru (Iskandar, 2009).
            Pasang surut adalah fluktuasi (naik turunnya) muka air laut karena adanya gaya tarik benda di langit, bulan dan matahari terhadap massa air laut di bumi. Gaya tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut daripada gaya tarik menarik antara matahari dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap bumi nilainya 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi karena meskipun massa bulan lebih kecil dari pada massa matahari, akan terjadi jarak bulan terhadap bumi jauh lebih dekat dari pada jarak bumi terhadap matahari (Hatta, 2013).

Tenaga Pembangkit Pasang Surut
            Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga yang terjadi di lautan, yang berasal dari gaya sentrifugal yang disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan. Gaya sentrifugal adalah suatu gaya yang didesak kea rah luar dari pusat bumi yang besarnya lebih kurang sama dengan tenaga yang ditarik ke permukaan bumi. Tidak sama halnya dengan gaya tarik gravitasi bulan dimana gaya ini terjadi tidak merata pada bagian-bagian di permukaan bumi. Gaya ini lebuh kuat terjadi pada daerah-daerah yang letaknya lebih dekat dengan bulan, sehingga gaya yang terbesar terdapat pada bagian bumi yang dekat dengan bulan dan gaya yang paling lemah terdapat pada bagian yang letaknya terjauh daribulan (Hutabarat, 2008).
            Angin dengan kecepatan besa yang terjadi di permukaan laut bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar sepanjang pantai jika badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas. Penentuan elevasi muka air rencana selama terjadinya badai adalah sangat kompleks yang melibatkan interaksi antara angin dan air, perbedaan tekanan atmosfer selalu berkaitan dengan perubahan arah dan kecepatan angin; dan angin tersebut yang menyebabkan fluktuasi muka air laut (Vironita, 2012).
Secara keseluruhan gaya tarik bulan diimbangi oleh gaya centrifugal. Keseimbangan kedua gaya inilah yang membuat bumi dan bulan tetap berada posisinya masing-masing. Namun disetiap titik tidak selalu gaya tarik bulan diimbangi oleh gaya centrifugal. Resultan dari gaya tarik bulan dan gaya centrifugal menghasilkan suatu gaya yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Gaya pembangkit pasang surut inilah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan pasang surut (Iskandar, 2009).
(Gambar. 1) Pengaruh bulan terhadap pasang surut

(Gambar. 2) Distribusi gaya pembangkit pasang surut akibat pengaruh bulan

(Gambar. 3) Pengaruh bulan dan matahari terhadap pasang surut

(Gambar. 4) pasang surut air laut dan bentuk bulan

Jenis-Jenis Pasang Surut
            Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka  tipe pasang surutnya disebut tipe harian ganda (semi diurnal tides). Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan formzahl (F).Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Bulan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51 menit, dengan demikian tiap siklus pasang surut mengalami kemunduran 51 menit setiap harinya (Musrifin, 2011).
            Sifat khas dari naik turunnya permukaan air ini terjadi dua kali setiap minggu sehingga terjadi 2 periode pasang rendah. Benntuk pasang semacam ini dinamakan semi-diurnal tide. Tinggi pasang semakin lama semakin naik sejak terjadi di hari pertama yang kemudian akan mencapai tinggi maksimum pada hari keenam dan ketujuh. Kemudian akan turun lagi pada ketinggian minimum di hari yang keempat belas. Pasang yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai spring tide , sedangkan yang mempunyai tinggi minimum dikenal sebagai neep tide.  Biasanya terjadi dua siklus lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan. Spring tide terjadi pada waktu bulan baru dan bulan penuh. Sedangkan neep tide terjadi pada waktu perempatan bulan pertama dan perempaatan bulan ketiga (Hutabarat, 2008).
            Menurut Ramdhan (2011), yang menyatakan beberapa tipe-tipe pasut antar lain, yaitu:
1.      Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.

Gambar1. Pola gerak pasut harian tunggal

2.      Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
Gambar 2. Pola gerak pasut harian ganda

3.      (Mixed Tide, Prevailing Diurnal). Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal.

4.      Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di  Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Gambar 4. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda

Metode Perhitungan Pasang Surut
            Tipe pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk:  
Dengan ketentuan:
F ≤ 0.25                       = Semidiurnal tides
0.25 < F ≤ 1.5             = Mixed mainly semidiurnal tides
1.5 < F ≤ 3.0               = Mixed mainly diurnal tides
F > 3.0                         = Diurnal tides
Dimana:
F : bilangan Formzahl
A(k1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan & matahari.
A(o1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan.
A(m2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan.
A(s2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Karena sifat pasang surut yang periodic, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitude dan beda fase dari masing – masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen – komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan morfologi pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen – komponen pasang surut yang baru (Lestari, 2012).

TMD (Tidal Model Driver)
            Tidal Model Driver (TMD) adalah perangkat lunak / software yang dapat digunakan untuk melakukan ramalan (prediksi) ketinggian pasut di permukaan bumi dengan platform Matlab, Software ini dikembangkan pada tahun
2003 di Universitas Oregon State - Amerika Serikat. Secara global, Software tersebut menggunakan konstanta-konstanta pasut yang telah di generate secara global dari berbagai sumber. TMD menggunakan konstanta pasut m2, s2, k1, o1, n2, p1, k2, q1 dalam menghitung prediksi ketinggian pasut di suatu titik.













BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum Oseanografi dilakukan pada hari Rabu  tanggal                        29 April 2015 pada pukul 13.00 WIB di Laboratorium Oseanografi, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu laptop atau computer sebagai alat untuk menjalankan software pasut. Dan bahan yang digunakan adalah data pasang surut yang diperoleh dari perairan laut Belawan pada tahun 2014.
Prosedur kerja
            Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Dibuka folder pasut pada Software Oseanografi yang telah diberi
2.      Dibuka file Metode Admiralty dengan tipe file adalah Excel
3.      Dimasukkan data mentah pasang surut yang diperoleh dari perairan laut Belawan padaa tahun 2014.
4.      Dihitung data dengan metode perhitungan Formzahl, caranya dilihat data akhir yang terdapat pada pojok kanan sebelah bawah pada lembar kerja Excel.
5.      Dibuat grafik dari data mentah pasang surut tersebut dengan cara, dibuka folder pasut pada software yang telah diberi, pilih program pasut dengan tipe file “EXE”
6.      Dipilih menu perintah pada program pasut tersebut, lalu dipilih sub menu file baru
7.      Dimasukkan data stasiun serta amplitudo yang diminta oleh program tersebut
8.      Disimpan data yang telah diinput dengan menekan perintah save asDipilih file yang akan dibuka, diubah tanggal mulai ramalan dan akhir ramalan.
9.      Diklik OK.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Adapun hasil dari praktikum oseanografi mengenai pasang surut adalah sebagai berikut
Januari
Perhitungan:  = 0,29 (campuran condong harian tunggal)

Februari
Perhitungan:  = 0,27(campuran condong harian tunggal)




Maret
Perhitungan:  = 0,25 (Campuran condong harian ganda)

April
Perhitungan:  = 0,20 (harian ganda)

Mei
Perhitungan:  = 0,24 (harian ganda)

Juni
Perhitungan:  = 0,30(campuran condong harian tunggal)

Juli
Perhitungan:  = 0,29(campuran condong harian tunggal)

Agustus
Perhitungan:  = 0,17 (harian ganda)
September
Perhitungan:  = 0,15 (harian ganda)

Oktober
Perhitungan:  = 0,30(campuran condong harian tunggal)

November

Perhitungan:  = 0,20 (harian ganda)

Desember
Perhitungan:  = 0,09 (harian ganda)

Pembahasan
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Januari adalah pasang surut campuran condong harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,29. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Februari adalah pasang surut campuran condong harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,27. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Maret adalah pasang surut campuran condong harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,25. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan April adalah pasang surut harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,20. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Mei adalah pasang surut harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,24. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Juni adalah pasang surut campuran condong harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,30. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Juni adalah pasang surut campuran condong harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,29. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Agustus adalah pasang surut harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,17. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan September adalah pasang surut harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,15.  Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Oktober adalah pasang surut campuran condong harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,30. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan November adalah pasang surut harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,20.  Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
            Pasang surut yang terjadi pada bulan Desember adalah pasang surut harian ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,09.  Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari.
2.    Jenis-jenis pasang surut antara lain Ganda ( Semidiurnal), Campuran Ganda ( Mixed tide prevalling semidiurnal), Campuran Tunggal ( Mixed tide prevalling diurnal) dan tunggal (diurnal).
3.    Tenaga pembangkit pasang surut antara lain diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi, gaya tarik menarik benda-benda astronomi, rotasi bumi pada porosnya, revolusi bulan terhadap bumi, revolusi bumi terhadap matahari, dan revolusi planet-planet terhadap matahari.

Saran
            Adapun saran dari makalah ini yaitu diharapkan agar Asisten Laboratorium Dasar Oseanografi Air hadir pada setiap pertemuan praktikum dan alat-alat laboratorium lebih dilengkapi lagi.








DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi.Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.
Iskandar, T. 2009. Prediksi Pasang Surut Laut di Selat Malaka Dengan Menggunakan Model Hamsom. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Jumiarti., Arif, P., Doni, A. 2012.  Pola Sebaran Salinitas dan Suhu di Perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. UMRAH, Riau.
Kamal, E. dan Suardi, ML. 2004. Potensi Estuaria Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat. Mangrove dan Pesisir (4): 3. Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta, Padang.
Lestari,A. D., Kriyo, S. Untoyo. 2012. Pengaruh Kenaikan Permukaan Air Laut pada Intrusi Air Laut di Akuifer Pantai.Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Musrifn. 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai. Jurnal Perikanan dan Kelautan.Universitas Riau, Riau.
Ramdhan, M. 2011. Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut di Perairan Pulau Pramuka dan Kabupaten Pati Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver. Peneliti pada Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan – KKP, Jakarta.
Ramadhani, S. D. 2013. Studi Kinerja Bangunan Groin Tanjung Bunga. Jurnal Tugas Akhir. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rampengan, R. M. 2009. Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus Permukaan di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 5 (3): 15-19. ISSN: 1411-9234. Fakultas Perikanan dan Kelautan. UNSRAT, Manado.
Sudjono, E. H., dkk. 2011. Studi Komponen Pasang Surut Perairan Dangkal (Over And Compund Tides) Model Kanan 1 Dimensi Dengan Menggunakan Metoda Asimilasi Data Variasional. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol 3 (1). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Vol 15(1). Universitas Sriwijaya, Palembang.
Vironita, F., Rispiningtati, Suwanto, M. 2012. Analisis Stabilitas Penyumbatan Muara Sungai Akibat Fenomena Gelombang, Pasang Surut, Aliran Sungai dan Pola Pergerakan Sedimen Pada Muara Sungai Bang, Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya, Malang.