
Latar
Belakang
Lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi
orang-orang Asia Tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana
pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat di Indonesia di mana Negara ini
terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduknya
yang berjumlah 140.000.000 bertempat tinggal berbatasan dengan leutan. Sejak
dahulu lautan memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan sebagai suatu
sarana untuk bepergian, perniagaan dan perhubungan dari satu tempat ke tempat
yang lain. Sumberdaya alam yang terdapat di lautan dapat dikelola untuk
meningkatkan kebutuhan manusia untuk dapat hidup lebuh baik (Hutabarat dan
Evans, 2008).
Wilayah
lautan terdiri dari laut, selat, samudra dan teluk. Teluk adalah Lautan yang
menjorok masuk ke daratan. Bentuk bumi beragam sesuai dengan hamparannya salah
satunya yaitu daerah pantai. Daerah pantai yaitu wilayah yang secara langsung
memperoleh pengaruh laut seperti pasang surut (pasut) air laut. Salah satu
bentuk-bentuk daerah pantai adalah Teluk. Teluk merupakan pantai yang bentuknya
cekung ke dalam, atau bisa juga dikatakan menjorok ke darat. Muara sungai,
teluk- teluk di daerah pesisir, rawa pasang surut dan badan air yang terpisah
dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach) merupakan contoh dari
sistem perairan estuari (Jumiarti, dkk,
2014).
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki lima pulau besar dan
ribuan pulau kecil sehingga memiliki wilayah pantai yang sangat panjang
mencapai 80.000 km dengan muara sungai yang cukup banyak. Wilayah tersebut merupakan
daerah yang sangat intensif dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kawasan
pemukiman, pusat pemerintahan, pelabuhan, pertambakan, industri, perikanan,
pertanian, pariwisata dan sebagainya (Vironita, 2012)
Wilayah
pantai di Indonesia sangatlah luas dan sering dimanfaatkan sebagai tempat
kegiatan manusia terutama kawasan pariwisata. Perubahan garis pantai, baik
akresi maupun erosi, ini disebabkan oleh faktor angkutan sedimen pantai. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perlindungan terhadap pantai terutama pantai yang
lebih sering mengalami erosi. Di pantai Tanjung Bunga Makassar tepatnya
berbatasan langsung dengan Selat Makassar telah dibangun sebuah bangunan groin.
Bangunan pelindung pantai ini kemudian ditinjau dan dianalisa pengaruhnya
terhadap perubahan garis pantai disekitarnya. Hal ini diharapkan bahwa bangunan
groin tersebut telah berfungsi secara optimal untuk mengurangi erosi yang
berkepanjangan terjadi pada pantai disekitarnya ( Hatta, 2013).
Negara Indonesia merupakan salah
satu Negara kepulauan yang terluas di dunia, dengan jumlah pulau sekitar kurang
lebih 17.499, luas seluruh wilayah daratan kurang lebih 2.012.402 km2,
luas wilayah perairan kurang lebih 5.887.879, dan panjang garis pantai kurang
lebih 81.290 km. membuat Indonesia menjadi berpotensi terhadap perpindahan
barang di dunia (Benyamin, 2012).
Morfologi perairan terutama dibentuk
oleh hasil endapan sedimen dari sungai dengan sebaran yang diikontrol oleh
pasang surut dan aktivitas arus. Konfigurasi dasar laut, mempengaruhi arah dan
kecepatan arus, sebaliknya arus memiliki pengaruh yang besar terhadap tranpor
sedimen. Arus yang terjadi di perairan laut dipisahkan menjadi arus pasang
surut dan arus residual, dimana peran arus pasang surut di daerah estuary
cenderung lebuh dominan dibandingkan dengan arus residu (Surbakti, 2012).
Air pada bagian ujung pantai yang
berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggianyang tetap,
tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan siklus pasang.
Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pasda ketinggian maksimum,
peristiwa ini dinamakan dengan pasang tinggi (high water). Setelah itu turun pada suatu ketinggian minimum yang
disebut pasang rendah (low water).
Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggia
permukaan antara pasang tinggi dan pasang rendah ini dikenal sebagai tinggi
pasang (Hutabarat dan Evans, 2008).
Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan
plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan
menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yang sampai di estuaria. Dalam hal
penyimpan zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput
laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya
sebagai bahan organic yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani (Kamal
dan Suardi, 2004).
Kajian terhadap pola pergerakan arus yang
dihubungkan dengan proses pasang surut (pasut) merupakan hal yang penting
dilakukan, khususnya pada perairan teluk. Di perairan sempit dan semi tertutup
seperti teluk, pasut merupakan komponen utama penggerak sirkulasi massa airnya.
Arus yang disebabkan oleh pasut dapat mencapai kecepatan 2 knot ( sekitar 1
m/det). Dan arahnya akan berbalik 180° dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
sifat dari gelombang pasutnya (Rampengan, 2009).
Komponen pasang surut (pasut) perairan dangkal
penting dalam meningkatkan ketelitian prediksi yang digunakan bagi kepentingan
pelabuhan, transportasi laut, industri perikanan, rekayasa pantai (coastal
engineering), dan lain-lain. Pada penelitian ini, komponen pasut perairan
dangkal diperoleh dari analisis harmonik hasil model kanal 1 dimensi (12 grid)
dengan asimilasi data variasional (data pada grid 3 dan 8). Dua komponen pasut
dengan frekuensi σ1 = 1,4x10-4 dan σ2 = 1,6x10-4 rad/det sebagai
gaya pembangkit domain model. Hasil analisis harmonik untuk memisahkan
amplitudo kecepatan komponen pasut parsial (σ1 dan σ2) dan
komponen pasut perairan dangkal yang dominan (over- dan compound
tides σ3 = 2σ1-σ, dan σ4 = 3σ1), secara umum diperoleh solusi “yang
akan diperbaiki” dapat ditingkatkan secara signifikan ( Sudjono, 2011).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari penyusunan
laporan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian pasang surut.
2.
Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya pasang surut
3.
Untuk mengetahui
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari penulisan
laporan ini adalah sebagai sumber informasi tentang pasang surut
di perairan khususnya
perairan laut dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Pasang
Surut
Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan
air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik benda-benda astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya
lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama di
perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi
dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang
disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang
rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Pasang surut sering
disingkat dengan pasut adalah gerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari, dimana matahari
mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dibandingkan dengan bulan, tetapi
jaraknya sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km) sedangkan bulan
sebagai satelit bumi berjarak (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam
semesta jarak sangat menentukan dibandingkan dengan massa, oleh sebab itu bulan
lebih mempunyai peran besar dibandingkan matahari dalam menentukan pasut.
Secara perhitungan matematis daya tarik bulan 2,25 kali
lebih kuat dibandingkan matahari (Musrifin, 2011).
Pengetahuan
tentang pasang surut (pasut) sangat penting dalam berbagai aplikasi, seperti
navigasi, rekayasa pantai/ ocean engineering (pembuatan pelabuhan,
bangunan penahan gelombang, jembatan laut, dan pemasangan pipa bawah laut)
(Pugh, 1987), survei hidrografi, penentuan batas (laut) suatu negara, operasi
militer, olah raga bahari, dan pembangkit listrik tenaga pasut/ PLTP.
Penjalaran gelombang pasut di perairan dangkal dipengaruhi oleh proses fisis
yang bergantung pada nilai kuadrat amplitudonya serta gesekan dasar yang
merupakan komponen non linear yang menyebabkan terbentuknya komponen pasut
perairan dangkal/shallow water tides (Sudjono, 2011).
Pasang surut juga bersifat periodik sehingga dapat diramalkan. Untuk meramalkan
pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari komponen pembangkit
pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah
harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk morfologi
pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, terbentuk
komponen-komponen pasang surut yang baru (Iskandar, 2009).
Pasang
surut adalah fluktuasi (naik turunnya) muka air laut karena adanya gaya tarik
benda di
langit, bulan
dan matahari terhadap massa air laut di bumi. Gaya tarik menarik antara bulan
dengan bumi lebih mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut daripada gaya
tarik menarik antara matahari dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap bumi
nilainya 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari terhadap bumi. Hal
ini terjadi karena meskipun massa bulan lebih kecil dari pada massa matahari,
akan terjadi jarak bulan terhadap bumi jauh lebih dekat dari pada jarak bumi
terhadap matahari (Hatta, 2013).
Tenaga
Pembangkit Pasang Surut
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua
tenaga yang terjadi di lautan, yang berasal dari gaya sentrifugal yang
disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal
dari bulan. Gaya sentrifugal adalah suatu gaya yang didesak kea rah luar dari
pusat bumi yang besarnya lebih kurang sama dengan tenaga yang ditarik ke
permukaan bumi. Tidak sama halnya dengan gaya tarik gravitasi bulan dimana gaya
ini terjadi tidak merata pada bagian-bagian di permukaan bumi. Gaya ini lebuh
kuat terjadi pada daerah-daerah yang letaknya lebih dekat dengan bulan,
sehingga gaya yang terbesar terdapat pada bagian bumi yang dekat dengan bulan
dan gaya yang paling lemah terdapat pada bagian yang letaknya terjauh daribulan
(Hutabarat, 2008).
Angin dengan kecepatan besa yang terjadi di permukaan laut bisa
membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar sepanjang pantai jika badai
tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas. Penentuan elevasi muka
air rencana selama terjadinya badai adalah sangat kompleks yang melibatkan
interaksi antara angin dan air, perbedaan tekanan atmosfer selalu berkaitan
dengan perubahan arah dan kecepatan angin; dan angin tersebut yang menyebabkan
fluktuasi muka air laut (Vironita, 2012).
Secara keseluruhan gaya tarik bulan diimbangi oleh gaya centrifugal.
Keseimbangan kedua gaya inilah yang membuat bumi dan bulan tetap berada
posisinya masing-masing. Namun disetiap titik tidak selalu gaya tarik bulan
diimbangi oleh gaya centrifugal. Resultan dari gaya tarik bulan dan gaya
centrifugal menghasilkan suatu gaya yang disebut gaya pembangkit pasang surut.
Gaya pembangkit pasang surut inilah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
pasang surut (Iskandar, 2009).

(Gambar. 1) Pengaruh bulan terhadap pasang surut

(Gambar. 2) Distribusi gaya pembangkit pasang surut akibat pengaruh
bulan

(Gambar. 3) Pengaruh bulan dan matahari terhadap pasang surut

(Gambar. 4) pasang surut air laut dan bentuk bulan
Jenis-Jenis Pasang
Surut
Tipe pasang surut
ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Suatu
perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari,
kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal tides),
namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasang surutnya disebut tipe harian
ganda (semi diurnal tides). Tipe pasang surut lainnya merupakan
peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed
tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. Selain dengan melihat data
pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga dapat
ditentukan berdasarkan bilangan formzahl (F).Karena sifat pasang surut yang periodik,
maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo
dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen
utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Bulan
berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51 menit, dengan demikian tiap
siklus pasang surut mengalami kemunduran 51 menit setiap harinya (Musrifin,
2011).
Sifat khas dari naik
turunnya permukaan air ini terjadi dua kali setiap minggu sehingga terjadi 2
periode pasang rendah. Benntuk pasang semacam ini dinamakan semi-diurnal tide. Tinggi pasang semakin
lama semakin naik sejak terjadi di hari pertama yang kemudian akan mencapai
tinggi maksimum pada hari keenam dan ketujuh. Kemudian akan turun lagi pada
ketinggian minimum di hari yang keempat belas. Pasang yang mempunyai tinggi
maksimum dikenal sebagai spring tide ,
sedangkan yang mempunyai tinggi minimum dikenal sebagai neep tide. Biasanya terjadi
dua siklus lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan. Spring tide
terjadi pada waktu bulan baru dan bulan penuh. Sedangkan neep tide terjadi pada
waktu perempatan bulan pertama dan perempaatan bulan ketiga (Hutabarat, 2008).
Menurut
Ramdhan (2011), yang menyatakan beberapa
tipe-tipe pasut antar lain, yaitu:
1.
Pasang surut harian
tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang
dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.

Gambar1. Pola gerak
pasut harian tunggal
2.
Pasang surut harian
ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di
Selat Malaka hingga Laut Andaman.

Gambar 2. Pola
gerak pasut harian ganda
3.
(Mixed Tide,
Prevailing Diurnal). Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali
surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai
Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal.
4.
Pasang surut
campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan memiliki tinggi
dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai
Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Gambar 4. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda
Metode Perhitungan
Pasang Surut
Tipe
pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang
dinyatakan dalam bentuk: 

Dengan ketentuan:
F ≤ 0.25 =
Semidiurnal tides
0.25 < F ≤ 1.5 =
Mixed mainly semidiurnal tides
1.5 < F ≤ 3.0 =
Mixed mainly diurnal tides
F > 3.0 =
Diurnal tides
Dimana:
F : bilangan Formzahl
A(k1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
oleh
gaya tarik bulan & matahari.
A(o1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
oleh
gaya tarik bulan.
A(m2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan.
A(s2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari
Karena sifat
pasang surut yang periodic, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang
surut, diperlukan data amplitude dan beda fase dari masing – masing komponen
pembangkit pasang surut. Komponen – komponen utama pasang surut terdiri dari
komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan
morfologi pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama,
akan terbentuklah komponen – komponen pasang surut yang baru (Lestari, 2012).
TMD (Tidal Model Driver)
Tidal Model Driver (TMD) adalah
perangkat lunak / software yang dapat digunakan untuk melakukan ramalan (prediksi)
ketinggian pasut di permukaan bumi dengan platform Matlab, Software ini
dikembangkan pada tahun
2003 di Universitas Oregon State - Amerika Serikat. Secara
global, Software tersebut menggunakan konstanta-konstanta pasut yang
telah di generate secara global dari berbagai sumber. TMD menggunakan
konstanta pasut m2, s2, k1, o1, n2, p1, k2, q1 dalam menghitung prediksi
ketinggian pasut di suatu titik.

Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum Oseanografi dilakukan pada
hari Rabu tanggal 29
April 2015 pada pukul 13.00 WIB di Laboratorium Oseanografi, Fakultas Pertanian, Sumatera
Utara.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu laptop atau computer sebagai alat untuk menjalankan
software pasut. Dan bahan yang digunakan adalah data pasang
surut yang diperoleh dari perairan laut Belawan pada tahun 2014.
Prosedur
kerja
Adapun
prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dibuka
folder pasut pada Software Oseanografi yang telah diberi
2. Dibuka
file Metode Admiralty dengan tipe file adalah Excel
3. Dimasukkan
data mentah pasang surut yang diperoleh dari perairan laut Belawan padaa tahun
2014.
4. Dihitung
data dengan metode perhitungan Formzahl, caranya dilihat data akhir yang
terdapat pada pojok kanan sebelah bawah pada lembar kerja Excel.
5. Dibuat
grafik dari data mentah pasang surut tersebut dengan cara, dibuka folder pasut pada
software yang telah diberi, pilih program pasut dengan tipe file “EXE”
6. Dipilih
menu perintah pada program pasut tersebut, lalu dipilih sub menu file baru
7. Dimasukkan
data stasiun serta amplitudo yang diminta oleh program tersebut
8. Disimpan
data yang telah diinput dengan menekan perintah save asDipilih file yang akan
dibuka, diubah tanggal mulai ramalan dan akhir ramalan.
9. Diklik
OK.

Hasil
Adapun hasil dari praktikum
oseanografi mengenai pasang surut adalah sebagai berikut
Januari

Perhitungan:
= 0,29 (campuran condong harian tunggal)

Februari

Perhitungan:
= 0,27(campuran condong harian tunggal)

Maret

Perhitungan:
= 0,25 (Campuran condong harian ganda)

April

Perhitungan:
= 0,20 (harian ganda)

Mei

Perhitungan:
= 0,24 (harian ganda)

Juni

Perhitungan:
= 0,30(campuran condong harian tunggal)

Juli

Perhitungan:
= 0,29(campuran condong harian tunggal)

Agustus

Perhitungan:
= 0,17 (harian ganda)


September
Perhitungan:
= 0,15 (harian ganda)

Oktober

Perhitungan:
= 0,30(campuran condong harian tunggal)

November

Perhitungan:
= 0,20 (harian ganda)

Desember

Perhitungan:
= 0,09 (harian ganda)

Pembahasan
Pasang surut yang terjadi pada bulan Januari adalah pasang surut
campuran condong harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode
admiralty adalah 0,29. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Februari adalah pasang surut campuran condong
harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah
0,27. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Maret adalah pasang surut campuran condong harian
ganda, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,25. Hal
ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan April adalah pasang surut harian ganda, karena
hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,20. Hal ini sesuai
dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Mei adalah pasang surut harian ganda, karena
hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,24. Hal ini sesuai dengan
literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Juni adalah pasang surut campuran condong harian
tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,30. Hal
ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Juni adalah pasang surut campuran condong harian
tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,29. Hal
ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Agustus adalah pasang surut harian ganda, karena
hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,17. Hal ini sesuai
dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan September adalah pasang surut harian ganda,
karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,15. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan
(2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Oktober adalah pasang surut campuran condong
harian tunggal, karena hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah
0,30. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan (2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan November adalah pasang surut harian ganda, karena
hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,20. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan
(2011).
Pasang
surut yang terjadi pada bulan Desember adalah pasang surut harian ganda, karena
hasil perhitungan menggunakan metode admiralty adalah 0,09. Hal ini sesuai dengan literature Ramdhan
(2011).

Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pasang
surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda
astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari.
2. Jenis-jenis pasang surut antara lain Ganda
( Semidiurnal), Campuran Ganda ( Mixed tide prevalling semidiurnal), Campuran
Tunggal ( Mixed tide prevalling diurnal) dan tunggal (diurnal).
3.
Tenaga pembangkit
pasang surut antara lain diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi, gaya tarik
menarik benda-benda astronomi, rotasi bumi pada porosnya, revolusi bulan
terhadap bumi, revolusi bumi terhadap matahari, dan revolusi planet-planet
terhadap matahari.
Saran
Adapun
saran dari makalah ini yaitu diharapkan agar Asisten Laboratorium Dasar Oseanografi Air hadir pada setiap pertemuan praktikum dan alat-alat laboratorium
lebih dilengkapi lagi.

Hutabarat, S dan
S. M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi.Penerbit Universitas Indonesia (UI
Press), Jakarta.
Iskandar, T. 2009. Prediksi Pasang Surut Laut di
Selat Malaka Dengan Menggunakan Model Hamsom. Tesis. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Jumiarti., Arif, P.,
Doni, A. 2012. Pola Sebaran Salinitas dan Suhu di Perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau. UMRAH, Riau.
Kamal, E. dan Suardi, ML. 2004. Potensi Estuaria Kabupaten Pasaman
Barat Sumatera Barat. Mangrove dan Pesisir (4): 3. Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung
Hatta, Padang.
Lestari,A. D., Kriyo, S. Untoyo. 2012. Pengaruh Kenaikan Permukaan Air Laut pada Intrusi
Air Laut di Akuifer Pantai.Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Musrifn. 2011.
Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai. Jurnal Perikanan dan
Kelautan.Universitas Riau, Riau.
Ramdhan, M. 2011. Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut di
Perairan Pulau Pramuka dan Kabupaten Pati Dengan Prediksi Pasang Surut Tide
Model Driver. Peneliti pada Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir,
Balitbang Kelautan dan Perikanan – KKP, Jakarta.
Ramadhani, S. D.
2013. Studi Kinerja Bangunan Groin Tanjung Bunga. Jurnal Tugas Akhir.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rampengan, R. M.
2009. Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus Permukaan di Teluk Manado.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 5 (3): 15-19. ISSN: 1411-9234. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. UNSRAT, Manado.
Sudjono, E. H.,
dkk. 2011. Studi Komponen Pasang Surut Perairan Dangkal (Over And Compund
Tides) Model Kanan 1 Dimensi Dengan Menggunakan Metoda Asimilasi Data
Variasional. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol 3 (1). Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Surbakti, H.
2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera
Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Vol 15(1). Universitas Sriwijaya, Palembang.
Vironita, F., Rispiningtati, Suwanto, M. 2012. Analisis Stabilitas Penyumbatan Muara Sungai Akibat Fenomena Gelombang, Pasang
Surut, Aliran Sungai dan Pola Pergerakan Sedimen Pada Muara Sungai Bang,
Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya, Malang.